Emas Terpeleset dari Level Psikologis US$3.200, Imbas Redanya Ketegangan Dagang AS-China
Kamis, 15-05-2025 - 14:50:48 WIB
 |
Emas. |
JAKARTA – Harga emas dunia merosot ke level terendah dalam satu bulan. Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta proyeksi positif sejumlah lembaga terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi tersebut mendorong investor meninggalkan emas, sehingga harga logam mulia ini turun dari level psikologis US$3.200 per troy ons.
Pada perdagangan Rabu (14/5/2025), harga emas global turun 2,15% ke posisi US$3.177,55 per troy ons. Ini menjadi penurunan harian terbesar dalam beberapa pekan terakhir dan menjadikan harga emas menyentuh titik terendah sejak 9 April 2025.
Sementara itu, pada perdagangan Kamis pagi (15/5/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga emas di pasar spot mencatat penguatan tipis sebesar 0,15% ke level US$3.183,4 per troy ons.
Anjloknya harga emas lebih dari 2% pada Rabu didorong oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap penyelesaian sengketa dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Meredanya ketegangan ini mengurangi ketidakpastian global dan mendorong investor beralih dari aset aman seperti emas ke instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
“Koreksi harga emas dipicu oleh penurunan tajam tarif antara AS dan China,” ujar Tai Wong, pedagang logam independen, kepada Reuters.
Pasar saham AS turut merespons positif. Indeks utama Wall Street menguat selama dua hari berturut-turut setelah adanya kesepakatan pengurangan tarif antara Washington dan Beijing. Hal ini menjadi sinyal bahwa sebagian investor mulai berpindah ke pasar saham.
Kesepakatan tersebut mencakup penurunan signifikan tarif impor dan penangguhan pemberlakuan tarif baru selama 90 hari, sambil menunggu penyelesaian detail kesepakatan.
Presiden AS Donald Trump dalam wawancara pada Selasa (13/5/2025) menyatakan dirinya tengah menjalin komunikasi langsung dengan Presiden China Xi Jinping untuk merampungkan rincian perjanjian dagang. Trump juga mengungkapkan adanya potensi kesepakatan serupa dengan India, Jepang, dan Korea Selatan.
Sebelumnya, pada Senin (12/5/2025), AS dan China sepakat menurunkan tarif impor selama 90 hari. AS menurunkan tarif terhadap barang-barang asal China dari 145% menjadi 30%, sementara China memangkas tarif atas produk AS dari 125% menjadi 10%.
Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven saat terjadi gejolak geopolitik dan ekonomi, sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level US$3.500,05 per troy ons pada bulan lalu. Sepanjang tahun ini, harga emas tercatat telah menguat 21,2%.
“Meski tren jangka panjang masih mengarah naik, saya tidak akan terkejut jika tekanan jual berlanjut dalam beberapa hari mendatang,” ujar Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com.
Ia menyebutkan bahwa level support berikutnya berada di kisaran US$3.136 per troy ons, kemudian US$3.073, dan selanjutnya US$3.000 sebagai batas psikologis berikutnya.
Para pelaku pasar kini juga menantikan rilis data indeks harga produsen (PPI) AS yang dijadwalkan hari ini. Data tersebut akan memberikan petunjuk tambahan terkait arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menyusul data inflasi konsumen yang lebih lemah dari perkiraan sebelumnya.
Suku bunga yang lebih rendah umumnya meningkatkan daya tarik emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau deposito.
Di sisi lain, faktor fundamental lain yang turut menekan harga emas adalah meningkatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dan China.
Goldman Sachs baru-baru ini menaikkan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China menjadi 4,6% pada 2025 dan 3,8% pada 2026, dari sebelumnya 4,0% dan 3,5%. Bank investasi tersebut juga memperkirakan ekspor riil China akan stabil pada 2025/2026, berbalik dari perkiraan kontraksi sebesar 5% per tahun sebelumnya.
Untuk ekonomi AS, Goldman juga menurunkan peluang resesi dalam 12 bulan ke depan menjadi 35% dari sebelumnya 45%, seiring tercapainya kesepakatan dagang. Selain itu, proyeksi pertumbuhan PDB AS untuk kuartal IV-2025 dinaikkan menjadi 1,0% dari 0,5%.
Prospek pertumbuhan ekonomi yang membaik di dua negara ekonomi terbesar dunia ini membuat investor lebih percaya diri untuk mengalokasikan dana ke aset berisiko seperti saham, yang diprediksi akan mendapatkan dorongan dari pemulihan ekonomi global. Hal ini pun turut menekan minat terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.(cnbcindonesia)
Komentar Anda :