Rabu, 10 Desember 2025

Breaking News

  • Tutup Tahun 2025, Agus Imam Taufik Resmi Mulai Nahkodai Lapas Bagansiapiapi   ●   
  • Manfaatkan Samsat Tanjak Selama Program Pemutihan PKB   ●   
  • Termasuk Riau, Belasan Provinsi Gelar Program Dispensasi PKB   ●   
  • Hindari Antrian Pembayaran PKB: Publik Dihimbau Manfaatkan Varian Layanan Samsat   ●   
  • Secarik Koran, Jendela Menuju Penyair Terkemuka   ●   
Menapak Jejak Ponpes Al Manaar di Batuhampar
Senin 08 Desember 2025, 17:15 WIB

Feature

Zahiyya Layna Shafin *)

Asal Usul Nama Batuhampar
Nama Batuhampar berasal dari dua kata “batu” dan “hampar,” artinya batu terhampar. Nama ini mungkin merujuk pada kondisi geografis wilayahnya pada masa lampau. Konon di sana banyak batu besar tersebar atau terhampar. Rasanya, tak  lengkap cerita Batuhampar tanpa Al Manaar.

Terletak di Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota dan berada di perbatasan Kabupaten Agam. Lingkungannya berbukit dan berhawa sejuk menjadikannya tempat yang tepat buat kontemplasi dan pendidikan agama.

Berjarak lebih kurang 23 kilometer dari Bukittinggi dan 15 kilometer dari pusat Kota Payakumbuh, sehingga di lintasan jalan lintas Bukittinggi – Payakumbuh  ada simpang dikenal ‘Simpang Batuhampar.’ Dari simpang itu, hanya tiga kilometer mengarah ke Selatan sampailah di Batuhampar.

Secara geografis, Batuhampar berbatas Nagari Sariak Laweh di bagian utara dan Nagari Koto Tangah di selatan.  Sebelah barat dengan Bukit Sulah (bagian dari Bukit Barisan yang curam ± 500 meter) sekaligus bertindak sebagai dinding pembatas dengan nagari di sebelahnya, Padang Tarok. Sedangkan di sebelah timur berbatas Nagari Durian Gadang. 

Julukan ‘Mekah Kecil’
Batuhampar dikenal sebagai pusat pendidikan Islam dan keagamaan hingga memperkuat identitasnya sebagai “Mekah Ketek” atau “Mekah Kecil” di Sumatera Barat.

Alasan di balik julukan “Mekah Ketek” bukan tanpa alasan. Batuhampar adalah pusat Tarekat Naqsyabandiyah tertua di Minangkabau. Tempat berdirinya Surau Batuhampar yang didirikan Syekh Abdurrahman, ulama besar tarekat Naqsyabandiyah. Surau ini menjadi pusat suluk (ritual spiritual) dan pendidikan agama sejak abad ke-19.

Pada masa itu, Batuhampar menjadi tempat berkumpulnya para santri dan ulama dari berbagai daerah. Banyak tokoh penting Minangkabau dan Sumatera yang menimba ilmu agama, seperti belajar kitab gundul dan kitab kuning.

Kitab kuning adalah sebutan untuk kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang digunakan di pesantren, mencakup bidang fiqih, tauhid, tasawuf, nahwu, sharaf dan lainnya. Sementara Kitab gundul adalah istilah lain untuk kitab kuning, merujuk pada teks Arab tanpa harakat (tanda baca), yang menuntut kemampuan tinggi dalam gramatika Arab.

Tradisi suluk, wirid dan pengajian  tak lekang  waktu hingga kini. Penziarah senantiasa berdatangan mengikuti suluk atau sekadar ziarah ke makam Syekh Abdurrahman. Maka tak ayal  memberikan sinyal atmosfer spiritual begitu kental.

Maka, sebutan “Mekah Ketek” adalah bentuk penghormatan masyarakat terhadap peran Batuhampar sebagai miniatur Mekah dalam konteks lokal—tempat menuntut ilmu, memperdalam iman dan mendekatkan diri kepada Allah.  Bukan sekadar simbol, tapi juga mencerminkan identitas Batuhampar sebagai simpul spiritual dan intelektual Minangkabau.

Nah, begitu memasuki nagari Batuhampar, tengoklah sebelah kiri, berdiri tegar Komplek Al Manaar. 

Sejarah Al Manaar
Pondok Pesantren Al Manaar didirikan pada tahun 1943 oleh Syekh Dhamrah Arsyadi, sebagai bentuk modernisasi sistem surau, sekaligus kelanjutan Surau Batuhampar yang lebih dahulu dirintis Syekh Abdurrahman pada abad ke-19. Kala itu,  Al Manaar menjadi pusat pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di Minangkabau.

Sosok Syekh Dhamrah Arsyadi merupakan menantu sekaligus murid Syekh Abdurrahman. Hubungan ini memperkuat kesinambungan tradisi tarekat dan pendidikan Islam di Batuhampar. Setelah Syekh Abdurrahman wafat pada tahun 1899, ia pun melanjutkan pengajaran dan praktik suluk di surau yang sama.

Untuk diketahui, Syekh Abdurrahman merupakan kakek dari Mohammad Hatta, proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Ayah dari Mohammad Hatta bernama Mohammad Djamil. Kelak, jejak perjuangan dan nilai-nilai Islam yang diwariskan dari keluarganya di Batuhampar sangat mempengaruhi karakter dan pemikiran Bung Hatta.

Syekh Abdurrahman dan Mohammad Djamil, keduanya dimakamkan di salah satu bangunan dalam Komplek Al Manaar.  Warga Batuhampar menyebutnya, Gobah. 

Fungsi Gobah adalah tempat pemakaman leluhur pendiri dan pengelola Komplek Al Manaar. Adapun yang memegang pucuk pimpinan Al Manaar, warga di sana menyebutnya, "Datuak Oyah." 

Jelang bulan suci Ramadhan, Komplek Al Manaar biasanya kian ramai dan padat. Baik bagi mereka yang sekadar berziarah religi atau ingin "Masuk Suluk."  Peserta suluk itu datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Riau, Jambi, bahkan hingga ke luar Pulau Sumatera, seperti Jawa dan Kalimantan. Ini menunjukkan bahwa Al-Manaar memiliki daya tarik spiritual dan reputasi yang melampaui batas geografis lokal.

Adapun Syekh Dhamrah Arsyadi dikenal sebagai sosok yang membuka akses pendidikan Islam bagi masyarakat luas dengan pendekatan sistematis dan terstruktur. Seiring waktu, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah tetap menjadi inti dari pendidikan spiritual di Al Manaar.

Dalam perkembangannya, ia bukan hanya penerus biologis melalui pernikahan, tetapi juga penerus spiritual dan intelektual dari Syekh Abdurrahman. Peran gandanya sebagai murid dan menantu menjadikannya tokoh kunci dalam menjaga kesinambungan tradisi keilmuan Batuhampar.

Bangunan Al Manaar
Memasuki Komplek Al Manaar terasa melihat bangunan bersejarah di India, Charminar.  Terletak di jantung kota tua Hydrabad dan salah satu pencapaian arsitektur tertinggi masa itu.  Arsitekturnya megah  dalam gaya Indo-Saracenic. Dibangun dari granit dan mortar kapur dengan ornamen plesteran. 

Strukturnya persegi berukuran 66 kaki (20 meter) ke samping. Setiap sisi menghadap salah satu arah mata angin yang memiliki lengkungan runcing lebarnya 36 kaki (11 meter) di bagian dasar, dan tingginya mencapai 66 kaki. 

Sebuah kolom multisisi naik menghiasi setiap sudut strukturnya. Di atas dasar  menyerupai daun teratai, terus ke atas hingga berpuncak pada sebuah menara  dengan atap berbentuk kubah setinggi 160 kaki (49 meter) dari tanah. 

Setiap menara diakses melalui tangga spiral di dinding interior, terdiri dari empat tingkat. Masing-masing memiliki jalan setapak beratap berkolom nan indah di sekitar dinding eksterior.

Di atas lengkungan struktur utama terdapat dua lantai. Bangunan pertama pernah digunakan sebagai madrasah (perguruan tinggi Islam) pada era Qu?b Sh?h?, dan bangunan kedua menampung sebuah masjid kecil. 

Selain masjid, Charminar memiliki 45 area lainnya buat shalat. Atap dan menara Charminar menawarkan pemandangan panorama Hyderabad, terutama Benteng Golconda yang bersejarah di sebelah barat dan Lad Bazaar yang ramai—bersebelahan dengan Charminar— terkenal dengan gelang-gelang pernis tradisionalnya dihiasi kaca dan batu berwarna.

Sayangnya, empat menara yang  menjadi ciri khas Charminar di tempat asalnya, di Batuhampar hanya dibangun satu menara saja. Warga Batuhampar menyebutnya, Naro.

Dari puncak Naro itulah, suara azan bergema sepenjuru Batuhampar sebagai pertanda telah masuk waktu shalat wajib,  ataupun raung sirene sebagai isyarat waktu berbuka puasa telah tiba saat bulan Ramadhan.

Termasuk  pada ornamen geometris dan kaligrafi.  Beberapa bagian bangunan Al Manaar juga dihiasi  ornamen geometris dan kaligrafi Arab. Hal ini menjadi ciri khas masjid dan madrasah di India. Motif itu tak hanya estetis, tetapi juga sarat makna spiritual dan filosofis.

Jika menyimak jalur pengaruh budaya dan sejarah, sejak abad ke-7, Islam masuk ke Nusantara melalui pedagang dan ulama dari Arab, Persia  dan India.  Termasuk dari wilayah seperti Gujarat dan Hyderabad. Alhasil, tradisi tarekat Naqsyabandiyah yang berkembang di Batuhampar juga memiliki akar kuat di Asia Tengah dan India, sehingga wajar jika ada kesamaan dalam gaya bangunan spiritualnya.

Kemiripan ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari warisan arsitektur Islam transnasional yang diadaptasi secara lokal. Al Manaar menjadi contoh bagaimana nilai-nilai spiritual dan estetika Islam diterjemahkan dalam konteks Minangkabau, namun tetap terhubung dengan dunia Islam yang lebih luas. Ini menunjukkan pengaruh arsitektur Indo-Islam yang menekankan keseimbangan, simetri dan spiritualitas dalam bentuk.

Al Manaar Melintasi Zaman
Nama “Al Manaar” berarti menara cahaya, melambangkan harapan agar pesantren ini menjadi sumber pencerahan spiritual dan intelektual bagi umat. 

Muatan pendidikan di Al Manaar menggabungkan pendidikan formal dan non formal, dengan kurikulum yang mencakup ilmu agama, bahasa Arab dan pelajaran umum. 

Materi agama yang diajarkan mencakup; Fiqih, seperti Fathul Qarib, Taqrib, Fathul Mu’in. Kemudian Tauhid seperti Aqidatul Awam, Jawahirul Kalamiyah. Lalu, Tasawuf seperti; Bidayatul Hidayah, Ihya Ulumuddin serta Nahwu dan Sharaf: seperti Jurumiyah, Imrithi, Alfiyah Ibnu Malik

Adapaun metode pengajaran menggunakan metode sorogan (satu-satu dengan guru), bandongan (pengajian klasikal), dan halaqah (diskusi kelompok). Murid-muridnya diajarkan membaca, memahami dan menguraikan teks Arab tanpa harakat, yang melatih ketajaman bahasa dan pemahaman mendalam terhadap ilmu agama.

Bagi mereka yang sempat mengenyam bangku pendidikan tingkat tsanawiyah maupun aliyah di era 80-an hingga 90-an, tercatat sebagai pelajar Al Manaar adalah suatu kebanggaan dan punya “gengsi tersendiri." Tak lain dan tak bukan, mereka beradu sigap dalam hal kelincahan membaca kitab kuning dan kitab gundul.  Di masa sekarang,  kemahiran membaca kedua kitab ini sepertinya mulai langka.

Namun memasuki era 2000-an fenomena demikian tersisihkan. Siswa siswi Al Manaar seakan tak lagi merasa keren, menimba ilmu di instansi pendidikan yang kaya sejarah dan  ilmu agama tersebut.

Apa penyebab? Barangkali maraknya jenis dan macam institusi pendidikan di luar Batuhampar, seperti sekolah islam terpadu, boarding school atau bertambahnya sekolah-sekolah negeri tingkat kecamatan ataupun kabupaten. Artinya, para orangtua  mempunyai banyak pilihan buat merancang masa depan untuk buah hatinya.

Walau begitu, sebagai institusi pendidikan dengan rentang "jam terbang sangat tinggi," sudah  beroperasi selama 82 tahun (1943-2025) Al Manaar mesti terus berbenah. Bukan hanya soal bangunan fisik, tapi juga pengelolaan sumber daya manusia, seperti tenaga didik dan sistem pendidikan yang lebih baik.  

Saat ini, Al Manaar di bawah kepemimpinan Buya Mazmur Sya’rani (yang juga dipanggil Datuak Oyah) melanjutkan tradisi keilmuan dan spiritual dengan pendekatan kontekstual dan moderat.

Semoga saja, Al Manaar bukan hanya sekadar tempat transit ilmu dari guru kepada murid-muridnya, lebih jauh penjaga warisan intelektual dan spiritual Minangkabau, sekaligus simbol kesinambungan tradisi surau, tarekat dan pendidikan modern.

Menghadapi sengitnya persaingan dunia pendidikan di era teknologi, akankah mewujudkan hal di atas bakal menjadi PR (pekerjaan rumah) besar bagi Al Manaar? (*)

Refensi; tribun, wikipedia, ganto, rjfahini, westsumatera 

*) Siswi kelas X.E1 SMAN 2 Payakumbuh, Sumatera Barat 




Editor :
Kategori :
Untuk saran dan pemberian informasi kepada situsnews.com, silakan kontak ke email: redaksi situsnews.com
Berita Pilihan
Rabu 10 Desember 2025
Masyarakat Bingung Tanggal Cuti Natal? Ini Penjelasan Resminya

Senin 08 Desember 2025
Beda Warna Beda Khasiat: Ini Nutrisi Anggur Hijau, Merah, dan Hitam

Kamis 04 Desember 2025
Satu Amalan Kecil yang Mengantarkan Seseorang ke Surga

Senin 01 Desember 2025
Ribuan Mengungsi, Ratusan Tewas dalam Banjir dan Longsor di Sumatera

Sabtu 29 November 2025
FPK Riau Gelar Seminar Pembauran Kebangsaan Berperspektif Budaya Melayu

Kamis 27 November 2025
Material Longsor Tutupi Jalan dan Permukiman di Jembatan Kembar

Rabu 19 November 2025
Hindari Antrian Pembayaran PKB: Publik Dihimbau Manfaatkan Varian Layanan Samsat

Kamis 13 November 2025
Indonesia Tegaskan Larangan Ekspor Sarang Burung Walet Kotor

Rabu 12 November 2025
Utang Pinjol Warga RI Tembus Rp 90,99 T, Gaji Habis buat Bayar Cicilan

Sabtu 08 November 2025
Korlantas Polri Siapkan Operasi Zebra dan Nataru untuk Amankan Libur Akhir Tahun

Copyrights © 2025 All Rights Reserved by Situsnews.com
Scroll to top