Home Ekonomi Politik Nasional Daerah Hukrim Gaya Hidup Internasional Indeks
Follow Us ON :
 
Sejumlah Ilmuwan Sebut COVID-19 Bukan Pandemi Tapi Sindemi, Maksudnya?
Kamis, 12-11-2020 - 14:21:13 WIB
TERKAIT:
   
 

Situsnews - Jakarta

Para ilmuwan yang setuju dengan konsep sindemi percaya bahwa pandemi seperti Covid-19 tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan medis.Dalam beberapa bulan terakhir berbagai negara mengambil langkah yang berbeda untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ada yang memberlakukan pembatasan ketat, dan ada pula yang lebih fleksibel tergantung tingkat penyebaran di wilayah masing-masing.

Di Eropa, misalnya, banyak negara di benua tersebut kembali menerapkan pembatasan sosial dan bahkan memberlakukan karantina wilayah alias lockdown setelah mencatat rekor penambahan jumlah kasus. Selandia Baru, di sisi lain, menjalankan kesiagaan terendah. Walau banyak variasi kebijakan yang diterapkan, sejumlah ilmuwan dan pakar kesehatan berpendapat bahwa strategi-strategi itu masih terlalu terbatas untuk menghentikan laju infeksi.

"Semua intervensi kita berfokus pada memotong jalur penularan virus untuk mengendalikan penyebaran patogen," kata Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet, baru-baru ini dalam sebuah tulisan editorial.

Menurut Horton, Covid-19 semestinya bukan dianggap sebagai pandemi, melainkan sebagai "sindemi". Sindemi sejatinya adalah akronim yang menggabungkan kata sinergi dan pandemi. Artinya, penyakit seperti Covid-19 tidak boleh berdiri secara sendiri. Bagaimanapun, kisah pandemi ini tidak sesederhana itu. Di satu sisi ada SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab Covid-19. Di sisi lain, ada serangkaian penyakit yang sudah diidap seseorang. Dan kedua elemen ini berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.

PBB memperingatkan awal tahun ini bahwa pandemi memiliki dampak yang tidak proporsional di antara populasi termiskin di dunia. (UNICEF)

Pada awal tahun ini, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa dampak pandemi COVID-19 "dialami secara tidak proporsional pada kelompok masyarakat paling rentan: orang yang hidup dalam kemiskinan, pekerja miskin, perempuan dan anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya".

Ketika satu tambah satu sama dengan lebih dari dua "Sindemi" bukanlah sebuah istilah baru. Kata ini diciptakan oleh antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer, pada 1990-an untuk menjelaskan situasi ketika "dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar ketimbang dampak masing-masing penyakit ini".

"Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang entah bagaimana dapat menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi menjadi lebih rentan terhadap dampaknya," kata Singer kepada BBC.

Ilmuwan sosial Merrill Singer menciptakan istilah "sindemi" pada 1990-an saat mempelajari penggunaan narkoba di komunitas berpenghasilan rendah di AS. Konsep sindemi muncul ketika ilmuwan tersebut dan koleganya meneliti penggunaan narkoba di komunitas berpenghasilan rendah di AS lebih dari dua dekade lalu. Mereka menemukan bahwa banyak dari mereka yang menggunakan narkoba menderita sejumlah penyakit lain, antara lain TBC dan penyakit menular seksual. Para peneliti mempertanyakan bagaimana penyakit-penyakit ini berada di dalam tubuh seseorang. Mereka menyimpulkan bahwa, dalam beberapa kasus, kombinasi penyakit memperkuat dampak dan kerusakan yang dialami orang itu.

"Kami melihat bagaimana Covid-19 berinteraksi dengan berbagai kondisi yang sudah ada sebelumnya - diabetes, kanker, masalah jantung, dan banyak faktor lainnya," jelas Singer.

"Dan kami melihat tingkat yang tidak proporsional dari dampak yang merugikan di komunitas miskin, berpenghasilan rendah, dan etnis minoritas."

(Detikcom/AS)




 
Berita Lainnya :
  • BMKG Catat 605 Titik Panas di Sumatera, Riau Terpantau 8 Hotspot
  • Harga Emas di Pegadaian Pekanbaru Turun Tipis, 1 Gram Rp 2,161 Juta
  • BPBD Petakan Wilayah Rawan Banjir di Pekanbaru, Rumbai Jadi Prioritas Utama
  • Aset Belum Dikembalikan, Muflihun Resmi Somasi Polda Riau
  • Disbun Riau Tetapkan Harga TBS Sawit Plasma Rp3.679,69/Kg, Turun 0,05 Persen
  •  
    Komentar Anda :

     
    + Indeks Berita +
    01 BMKG Catat 605 Titik Panas di Sumatera, Riau Terpantau 8 Hotspot
    02 Harga Emas di Pegadaian Pekanbaru Turun Tipis, 1 Gram Rp 2,161 Juta
    03 BPBD Petakan Wilayah Rawan Banjir di Pekanbaru, Rumbai Jadi Prioritas Utama
    04 Aset Belum Dikembalikan, Muflihun Resmi Somasi Polda Riau
    05 Disbun Riau Tetapkan Harga TBS Sawit Plasma Rp3.679,69/Kg, Turun 0,05 Persen
    06 20 Jabatan Eselon II Kosong, Pemprov Riau Buka Seleksi Terbuka Pekan Depan
    07 Portugal Resmi Akui Negara Palestina, Ikuti Jejak Inggris, Australia, dan Kanada
    08 Rahasia Waktu Mustajab: Doa Saat Sujud yang Dianjurkan Rasulullah SAW
    09 September Penuh Bansos, Benarkah BSU Kemnaker Tidak Cair Bulan Ini?
    10 Jalur Sumbar–Riau di Kelok Sembilan Kembali Dibuka Usai Longsor, Lalu Lintas Lancar Dua Arah
    11 APBD-P Pekanbaru Terancam Molor, Wali Kota Akui Terhimpit Utang Rp500 Miliar
    12 Ketum PWI: HPN 2026 di Banten Jadi Momentum Dorong Ekonomi dan Pembangunan
    13 Harga Emas di Galeri 24 Pegadaian Pekanbaru Tembus Rp2,1 Juta per Gram
    14 Bunda PAUD Riau Henny Sasmita Tegas Tolak Kekerasan Anak: Edukasi Sejak Dini Jadi Kunci Pencegahan
    15 Dua Kepala Dinas Bangga Program Literasi yang Ditaja SPS Riau
    16 Poltekkes Kemenkes Padang Lakukan Kegiatan Pengabdian ke Masyarakat di Tanah Datar
    17 Riau Difabel Fair 2025 Hadirkan Semangat Inklusif dan Kreativitas Tanpa Batas
    18 Waspada! Olahraga Saat Kurang Tidur Bisa Sebabkan Dampak Serius pada Kesehatan
    19 Pemerintah Siapkan Stimulus Ekonomi "8+4" hingga Akhir 2025, Fokus pada Generasi Muda dan Sektor Horeka
    20 BMKG: Riau Diprediksi Diguyur Hujan Seharian, Waspadai Cuaca Ekstrem
    21 Gubernur Riau Tegaskan Posisi Strategis Riau dalam Pertahanan Nasional dan Pembangunan Berkelanjutan
    22 BAZNAS Tanah Datar Salurkan Bantuan Tunai Untuk Korban Kebakaran
     
     
    Galeri Foto | Advertorial | Indeks Berita
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Tentang Kami | Info Iklan
    © SITUS NEWS - terpercaya dan bersahabat