Tantangan Panglima TNI Baru:Mewujudkan Poros Maritim Dunia dan Geopolitik Yang Berubah Cepat
Tantangan Panglima TNI Baru :Mewujudkan Poros Maritim Dunia dan Geopolitik yang Berubah Cepat
Setelah diterimanya Surat Presiden ( Surpres ) oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) pada akhir November lalu, DPR pada Jumat, 2 Desember 2022 melakukan fit and proper test kepada calon Panglima TNI baru, yakni Laksamana Yudo Margono. Hasil fit and proper test tersebut menyetujui Laksamana lulusan Akademi Angkatan Laut 1988 ini menjadi panglima TNI. Yudo menggantikan Jendral Andika Perkasa yang purna tugas pada 21 Desember mendatang.
Ini merupakan kali pertama angkatan laut memegang tampuk tertinggi TNI semenjak presiden Joko Widodo menjadi presiden dan panglima tertinggi TNI sejak 2014. Ketika awal dilantik tahun 2014 tersebut, presiden membuat visi bahwa Indonesia akan menjadi poros maritim dunia. Karena itu wilayah laut Indonesia menjadi tempat yang perlu dijaga dan diberi porsi Sama sebagaimana daratan.
Namun harus digaris bawahi bahwa kekuatan militer tidak bisa berjalan sendiri baik oleh Matra laut, darat dan udara. Soliditas ketiga Matra tetap harus melekat dalam institusi TNI sebagai penjaga kedaulatan bangsa Indonesia.
Sejumlah tantangan berat telah menanti Laksamana Yudo Margono. Bagaimana wilayah lautan dan pulau terluar harus mendapatkan proteksi agar sabotase, pencurian kekayaan laut dan masuknya militer asing bisa ditangkal dengan baik.
Dalam fit and proper test di depan komisi 1 DPR, Yudi memaparkan bahwa kinerja dan soliditas TNI di tiga Matra ditingkatkan dalam perisai pertahanan negara. Untuk perisai keamanan TNI akan semakin padu menjalin soliditas dengan Polri dan dengan kementrian lembaga meningkatkan kerjasama dalem perisai tugas- tugas tertentu.
Tantangan global bagi TNI dewasa ini adalah semakin tingginya intensitas kepentingan negara-negara dalam memproteksi dan mengembangkan kerja sama militer mereka. Saat ini selain NATO, beberapa negara juga menjalin aliansi pertahanan seperti Australia, United Kingdom ( Inggris ) dan United States ( US ) dalam AUKUS. Dengan adanya Australia sebagai negara tetangga Indonesia, AUKUS tentu akan melewati laut cina selatan.
Disamping AUKUS, saat ini China melakukan klaim sepihak terhadap nine dast line ( sembilan garis putus-putus ) di laut cina selatan yang dekat dengan perairan Indonesia di laut Natuna Utara. Belum lagi ancaman perang antara China dan Taiwan serta masih berkecamuknya perang Russia Ukraina.
Permasalahan tersebut tentu harus diwaspadai tentara Indonesia. Sebab bila terjadi konflik laut China Selatan maka wilayah perairan Indonesia di daerah tersebut bisa terkena imbas.
Karena itu, panglima TNI baru harus meningkatkan kerjasama pertahanan dengan semua negara. Baik itu latihan bersama dan pertukaran siswa. Belum lagi peningkatan alat utama sistem persenjataan ( alutsista ). Dengan pertama sekali pengembangan alutsista dalam negeri. Bila harus membeli maka transfer teknologi harus menjadi syarat utama.
Dari kondisi diatas, maka Yudo Margono harus membuat Road Map pertahanan untuk menjawab tantangan dimasa mendatang. Bila perlu sampai tahun 2045 dimana Indonesia akan memasuki tahun emas kemerdekaan.
Tentunya sebuah tantangan luar biasa. Sekarang saja Minimum Essential Force ( kebutuhan minimum pertahanan ) masih sekitar 60% dari kebutuhan reel. Sehingga diperlukan peningkatan kapasitas dan kerja sama militer yang betul-betul menguntungkan bagi Indonesia.
Bila road map pertahanan ini benar-benar berjalan baik maka lembat laun visi Indonesia menjadi poros maritim dunia bisa terwujud. Tentu saja harus ada tahapan yang masuk akal. Dimulai dari brown water navy, dimana TNI di tiga Matra mampu menjaga seluruh wilayah Indonesia dalam arti sesungguhnya. Lalu melangkah ke green water navy, Indonesia akan bermain dikawasan untuk menjaga dan memastikan kawasan regional aman dan blue water navy dimana TNI akan bermain di dua samudra. Menjadi salah satu tentara yang solid dan disegani negara maju seperti Amerika, Russia, China dan India.
( Linoviota. Wartawan Situsnews.com )
Komentar Anda :